Oleh : Achmad Rosyidi
I. PENDAHULUAN
Organisasi Masyarakat (ormas) adalah salah satu kumpulan yang
didirikan oleh sekelompok masyarakat tertentu yang dipimpin oleh
seorang tokoh karismatik, mereka berperan sebagai pioner pembagunan
masyarakat tersebut.
Indonesia adalah bangsa yang pluralis baik
agama, suku dan budaya, sehingga ormas tumbuh dan berkembang berbagai
corak dan bentuk sesuai dengan keadaan stuasi dan kondisinya. Di makalah
ini akan dibahas enam ormas yang menurut penulis, sangat berpengaruh
dalam membangun bangsa ini baik sebelum maupun sesudah kemerdekaan,
yaitu Muhammadiyah, Persis, SI (Syarikat Islam), Jong Islamiten Bond, NU
dan Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia).
Ormas-ormas
tersebut adakalanya concern terhadap sosial keagamaan seperti
Muhammadiyah dan Persis seperti pendidikan dan kesehatan walaupun di
dalamnya terkadang terlibat politik tapi tidak praktis, ada yang tarik
ulur antara politik praktis dan sosial keagamaan seperti NU yang sampai
akhirnya fokus terhadap sosial keagamaan yang di kenal dengan istilah
khittah pada tahun 1984 yang dipelopori oleh dua tokoh, KH. Ahmad Shidiq
dan KH. Abdurrahman Wahid (Gusdur), dan ada ormas hanya concern
terhadap politik seperti Syarikat islam, Jong Islamiten dan Masyumi.
Ormas
Islam jika ditinjau dari sejarah pra kemerdekaan Indonesia, mereka
sangat berjasa untuk kemerdekaan Negeri ini sampai sekarang mereka tetap
eksis dalam pembangunan bangsa ini seperti kedua Ormas besar ini,
Muhammadiyah dan NU. Patut kiranya kita mempelajari sejarahnya, agar
kita bisa mengambil ibrah dari perjuangan mereka yang pantang mundur
demi masa depan Negeri ini lebih baik .
Penulis yakin isi makalah
yang singkat ini tidak bisa menelaskan secara detail, karena tema yang
di bahas sangat banyak dan luas. Mungkin makalah ini hanya sebagai
stimulus atau informasi dasar sejarah tema di atas.
II. PEMBAHASAN
A. Muhammadiyah
1. Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah
Muhammadiyah
adalah salah satu organisasi terbesar ke-2 di Indonesia setelah NU
(Nahdlatul Ulama), Muhammadiyah lahir pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H
(bertepatan dengan 18 November 1912 M). Muhammadiyah diresmikan menjadi
organisasi persyarikatan dan berkedudukan di Jogjakarta, dipimpin
langsung oleh KH. A. Dahlan sendiri sebagai ketuanya. Jadi organisasi
yang didirikanya merupakan penyempurnaan dari pelaksanaan gerakan yang
dilakukan sebelumnya.[1]
Sebelum membahas lebih jauh latar
belakang organisiasi ini, penulis akan mengulas terlebih dahulu biografi
singkat pendirinya, yakni KH. A. Dahlan. Beliau adalah sebagai tokoh
pendiri dan figur utama organisasi ini. KH. A. Dahlan adalah anak dari
Kiai Haji Abu Bakar bin Kiai Sulaiman seorang khatib di Masjid Agung
Jogjakarta. Ahmad Dahlan lahir pada tahun 1868. Semasa kecilnya, Ahmad
Dahlan bernama Muhammad Darwis. Pada masa kecilnya, beliau sudah
mengenal pemikiran Jamaluddin al-Afgani dan Muhammad Abduh melalui
majalah al-Urwah al-Wusqa. Beliau pernah tinggal di Mekah selama dua
tahun, sehingga akrab dengan gagasan modernisasi Islam.[2]
Setelah
mengenal tokoh utama dan figur organisasi ini secara singkat, penulis
akan menjelaskan faktor pendorong berdirinya Muhammadiyah, faktor-faktor
tersebut ada dua, yakni faktor subyektif dan faktor obyektif.
a) Faktor Subyektif
Bersifat
subyektif, ialah pelakunya sendiri, dan ini merupakan faktor sentral.
Lahirnya muhammadiyah tidak dapat dipisahkan dengan KH. A. Dahlan, tokoh
kontroversial pada zamannya. Jadi esensi yang mendorong kelahiran
Muhammadiyah adalah faham dan keyakinan agama beliau yang dilengkapi
dengan penghayatan dan pengalaman agamanya. Inilah yang membentuk KH. A.
Dahlan sebagai subyek yang mendirikan amal jariyah Muhammadiyah.
b) Faktor Obyektif
Faktor
Obyektif yang dimaksud ialah keadaan dan kenyataan yang berkembang saat
itu. Hal ini hanya merupakan pendorong lebih lanjut dari permulaan yang
telah ditetapkan hendak dilakukan subyek. Faktor obyektif tersebut oleh
Kyai Dahlan dibagi menjadi dua, yaitu yang inten umat Islam sendiri dan
ekstern yaitu masyarakat luar Islam. Yang dimaksud dengan faktor obyek
intern umat Islam ialah kenyataan bahwa ajaran agama Islam yang maksuk
ke Indonesia ternyata sebagai akibat perkembangan agama Islam pada
umumnya sudah tidak murni lagi. Sedangkan faktor obyek ekstrn adalah,
pertama Pemerintahan penjajah Belanda. Kedua, antek-antek Pemerintah
Belanda yang terdiri angkatan muda yang sudah mendapat pendidikan dari
Barat. Ketiga, yang paling penting, ialah dari gerakan Nasrani itu
sendiri.[3]
2. Gerakan dan Paham Muhammadiyah
Apabila
ditinjau dari gerakan Muhammadiyah, maka kita akan ingat dengan dengan
istilah Islam kota dan Islam pedesaan, dengan kata lain Islam
pembaharuan yang diwakili oleh organisasi ini, sedangkan Islam
tradisional yang diwakili oleh Nahdlatul Ulama. Padahal penulis sendiri
tidak setuju dengan dikotomi antara kedua ormas ini, kalau dilihat era
80-an sampai sekarang. Kembali pada gerakan Muhammadiyah, Organisasi ini
ketika lahir memilih pola gerakan pejuangannya sebagai sosial keagamaan
bukan sebagai sosial politik. Sebagai konsekuensinya, Muhammadiyah
menitik beratkan pada tiga aspek utama. Pertama, Pemurnian ajaran Islam
melalui gerakan tajdid, kedua, pengembangan pendidikan Umat Islam dan
yang ketiga, bidang amal usaha sosial masyarakat.[4]
3. Peran Serta Muhammadiyah dalam Membangun NKRI
Muhammadiyah
sebagai mana kita ketahui, tidak sedikit organisasi ini dalam membangun
bangsa ini, mulai dari masalah keagamaan, sosial dan Pendidikan. Satu
contoh dalam dunia pendidikan, Muhammadiyah melakukan terobosan baru
dalam yang berani dengan mengambil dan mengadopsi sistem pendidikan
modern Barat (Belanda), walaupun inti dan substansi pendidikannya tetap
berdasarkan Islam. Sisem administrasi, seperti tata persuratan, yang
kita pakai sekarang ini adalah juga diambil alih oleh sistem
administrasi Belanda yang telah kita adaptasikan dengan kondisi
kita.[5]Padahal pada saat itu mayoritas umat Islam di Indonesia seperti
kaum Nahdhiyin masih melarang sistem pendidikan penjajah (Belanda).
B. Persis
1. Latar Belakang Berdirinya Persis
Organisasi
modernis muslim selain dari pada Muhammadiyah ialah Persatuan Islam
disingkat Persis, lahir di kota Priangan Bandung pada 12 September 1923
tepatnya di daerah Gang Belakang Pakgade. Selanjutnya apabila kita
telusuri dari kelahirannya organisasi ini, maka ada beberapa hal yang
mendorong lahirnya gerakan ini: diskusi dan perdebatan dalam hal dan
perdebatan dalam masalah keagamaan yang dibahas banyak kalangan di
kota-kota Minangkabau, Surabaya, dan Batavia (sekarang Jakarta), dua
tokoh sentral dalam diskusi-disukusi ini adalah Haji Zamzami (1894-1952)
dan Haji Mahmud Yunus[6]
2. Gerakan dan Paham Persis
Apabila
dilihat dari segi aliran atau paham Persatuan Islam tergolong beraliran
modernis dan reformis, organisasi ini memiliki paham tajdid
(pembaharuan), artinya Persis tidak menganut salah satu madzhab baik
dari segi hukum, maupun bidang kalam (teologi).[7]Persis sendiri
mempunyai pengikut terbatas di kawasan etnik Sunda di Jawa Barat. Namun
demikian organisasi yang aktif menyebarkan paham keagamaannya ( tajdid)
melalui penerbitan-penerbitan beredar hingga negara tetangga seperti
Singapura, Semenanjung Malaysia, Philipina dan Thailand. Tetapi khusus
di Negara Jiran yang bermadhab syafi’i, buku-buku terbitan Persis yang
berkenaan dengan hukum, ”diharamkan” beredar oleh beberapa Mufti di
negara tersebut, karena bertentangan dengan madzhab Syafi’i.[8]
Perlu
diingat, bahwa organisasi ini tidak berkembang pesat tidak seperti
Muhammadiyah dan NU, karena salah satu faktornya adalah kurang
memperhatian masalah organisasi, seperti pendirian cabang-cabang. Namun
Persis mempunyai dua anggota yang sangat terkenal adalah Ahmad Hasan
atau biasa di sebut dengan Hasan Bandung dan Moh. Natsir, keduanya
pernah polemik dengan Bung Karno.[9]
C. Sarekat Islam (SI)
1. Kelahiran Sarekat Islam
Sarekat
Islam adalah satu di antara organisasi politik Indonesia abad ke-20
yang paling menonjol. Organisasi ini didirikan oleh H. Samanhudi
(1868-1956 M.) pada 11 November 1911. Salah satu tujuan jangka panjang
organisasi ini adalah Islamisasi yang semakin mantap bagi masyarakat
Indonesia.[10] Pada masa permulaan abad ini ketika rasa nasionalisme
modern Indonesia masih baru tumbuh, kata Islam merupakan kata pemersatu
bagi orang indonesia berhadapan bukan saja dengan pihak Belanda,
melainkan juga dengan orang Cina.
Ingatlah sebab berdirinya
Sarekat Islam adalah asal mula dari Sarekat Dagang Islam (SDI) yang
diarahkan mulanya untuk memajukan perdagangan Bumi Putra di bawah
panji-panji Islam. Ikatan terhadap islam seperti ini berarti juga bahwa
pada tahun 1911-an Sarekat islam dapat menyebar ke penjuru Nusantara,
dari Aceh di sebelah barat sampai Maluku sebelah timur, di samping
meliputi segenap lapisan penduduk dari yang bawah sampai pada yang atas,
karena lebih didorong oleh rasa seagama.[11]
2. Gerakan Sarekat Islam (SI)
Munculnya
masyarakat madani yang agak kuat terjadi sejak awal berdirinya Sarekat
Islam, karena Gerakan Sarekat Islam mempengaruhi sistem religio-politik
pada waktu itu yakni pra-kemerdekaan Indonesia. Sedangkan gerakan SI
dipengaruhi oleh Muhammad Abduh dari Mesir seperti pembaharuan Islam,
seperti halnya Muhamadiyah dan Persis.[12]
D. Jong Islamieten Bond
1. Sejarah Berdirinya
Jong
Islamieten Bond (Ikatan pemuda Islam), Jong islamieted Bond sendiri
didirikan secara formal pada 1 Maret 1925 oleh Syamsurizal atau yang
lebih terkenal dengan Syam dan kawan-kawanya. Ia adalah seorang pemuda
terpelajar yang mempunyai pemikiran maju dan pernah menduduki jabatan
sebagai ketua umum Jong Java. Syamsurizal adalah seorang murid dan
pengikut Haji Agus Salim (1884-1954) semula bergabung dalam Jong Java
(Jawa Muda). Tapi munculnya JIB disesalkan Jong Java. Jong Java
beranggapan Perhimpunan baru berarti perpecahan padahal orang sedang
mengusahakan persatuan. Jong Java melihat sebagian anggotanya tersedot
masuk ke JIB. JIB berargumen bahwa mereka memperjuangkan persatuan
nasional, walau dengan dasar Islam tapi orientasinya Indonesia.[13]
Dapat penulis simpulkan bahwa dalam organisasi-organisasi pemuda itu
ternyata ideologi keagamaaan dan ideologi sekuler ternyata tidak dapat
disatukan.
2. Gerakan Jong Islamited Bond
Sebelum
melangkah lebih jauh, bahwa tujuan didirikan JIB adalah untuk
mempelajari dan mendalami Islam. Waktu itu pandangan orang-orang
terpelajar yang memperoleh pendidikan ala Barat (Belanda) masih minim
dalam pengetahuan agama Islam, Karena anggapan umum waktu itu, apabila
seseorang ingin terpandang dan modern, mereka harus mendapat pendidikan
yang diselenggarakan oleh penjajah. Sehingga beranggapan mempelajari dan
mendalami Islam tidak penting.
Gerakan dan usaha-usaha yang dilakukan oleh JIB untuk mewujudkan cita-citanya, antara lain dengan jalan:
a)
Menerbitkan brosur-brosur dan majalah dengan nama Het Licht (annur)
secara berkala. Majalah didirikan pada April 1925 M. yang di pimpin oleh
Wiwoho Purbohadidjojo.
b) Mengadakan kursus-kursus atau halaqah serta pembinaan kader-kader JIB.
c)
Mengadakan kunjungan-kunjungan ke tempat penting dan berarti, hal ini
yang biasa dilakukan oleh organisasi pemuda pada waktu itu.
Selain
dari pada itu, JIB juga mendirikan organisasi khusus kaum wanita pada
tahun 1925 dengan nama Jong Islamiten Bond Dames Afdeling (JIBDA),
dengan gerakan dan tujuan untuk membela dan melindungi hak-hak wanita
sesuai dengan ajaran Islam.[14]
Yang paling menumental dari JIB
adalah keterlibatannya dengan Sumpah Pemuda pada tahun 1928, artinya JIB
pada tahun itu adalah satu dari sepuluh pergerakan pergerakan pemuda
yang mencetuskan sumpah pemuda. Wakil JIB yang menjadi pengurus pada
konggres pemuda waktu itu adalah Johan Muhammad Cai, sebagai seorang
anggota senior dan sebagai mahasisiwa.[15]
E. Nahdlatul Ulama
1. Latar Belakang Berdirinya NU
Nahdlatul
Ulama adalah salah satu organisasi terbesar pertama di Indonesia,
sebelum melangkah lebih penulis akan menjelaskan latar belakang
berdirinya dahulu. Nahdlatul Ulama secara resmi berdiri pada tanggal 31
Januari 1926 M./1344 H. di Surabaya oleh sejumlah tokoh tradisional dan
usahawan Jawa Timur.[16]Embrio organisasi ini pada tahun 1914, yaitu
berdirinya organisasi Tashwirul Afkar, Nahdlatul Wathan, Nahdlatul
Tujjar maupun Komite Hijaz yang secara kesemuannya merupakan salah satu
bentuk reaksi terhadap situasi, kondisi dan perkembangan politik maupun
sosial keagamaan ketika itu.[17]
Latar belakan NU didirikan
karena ada dua sebab, pertama, reaksi dari aktifitas kelompok reformis
(kaum pembaharu) yang semakin meluas di dalam Negeri, dalam hal ini
adalah Muhammadiyah dan Sarekat Islam. Kedua, reaksi internasional. Hal
ini dibagi menjadi dua, pertama, tepatnnya pada Februari 1945 M.,
Pemerintahan Kemalis Republik Turki menghapus jabatan Khalifah. Kedua,
kekalahan penguasa Makkah, Syarif Husain oleh Abdul Aziz bin Sa’ud yang
berpaham Wahabi, sekte puritan yang paling dogmatis dalam Islam.[18]
2. Gerakan dan Paham NU
Apabila
kita ingin melihat gerakan dan pemahaman NU berarti kita harus melihat
anggaran dasar NU, yang di dalamnya disebutkan dengan sangat eksplisit
bahwa tujuan-tujuan NU adalah mengembangakan ajaran-ajaran Islam
Ahlussunnah wal-Jama’ah dan melindunginya dari kaum pembaharu dan
modernis, yang di jelaskan pasal kunci 2 dan 3.[19]
Gerakan NU
dalam berdakwah adalah bersifat Tawassuth, al-I’tidal, al-tawazun dan
al-tasamuh, selain itu juga NU sangat memperhatikan bidang kebudayaan
sehingga organisasi ini mempunyai motto:
المحافظة على القديم الصالح والأخذ بالجديدالأصلح
“Yang lama yang baik di pelihara dan dikembangkan. Yang baru yang lebih baik, dicari dan dimanfaatkan”.
Artinya
warga NU tidak boleh ada sikap apriori, selalu menerima yang lama dan
menolah yang baru atau sebaliknya menerima yang baru dan menolak yang
lama.[20]
3. Peran Serta NU dalam Membangun NKRI
NU adalah
salah satu organisasi yang tidak sedikit ikut serta dalam pembangunan
bangsa ini, mulai pra-kemerdekaan sampai pasca-kemerdekaan. Sebelum
kemerdekaan, contohnya salah satu tokoh NU yaitu KH. Wahid Hasyim
sebagai BPUPKI. Sedangkan pasca kemerdekaan tepatnya pada 21 dan 22
Oktober 1945 M. wajib bagi warga Nahiyyin untuk berperang mempertahankan
kemerdekaan Indonesia sebagai Jihad (perang suci) atau dikenal dengan
Resolusi Jihad yang dinyatakan oleh KH. Hasyim Asyari.[21]Di era modern
sekarang NU melebarkan sayapnya ke seluruh Dunia dengan mendirikan ICIS
(International Comperence of Islamic Schoolar) pada tahun 2004 dan PCI
(Pengurus cabang Indonesia) yang didirikan oleh KH. Dr. A. Hasyim
Mudzadi.
Sejak didirikannya 1926-1952 organisasi ini fokus pada
pembinaan umat menurut wawasan keagamaanya yang memang sesuai dengan
wawasan keagamaan mayoritas kaum muslimin Indonesia, seperti halnya
dakwah, ma’arif (pendidikan), Pengembangan ekonomi, tetapi NU pada tahun
1952 terlibat pada politik praktis sampai 1979 sehingga visi misi NU
dalam pemberdayaan masyarakat kurang epektif, tapi pada 1982 sampai
sekarang kembali pada visi misi semula yang biasa di kenal dengan
kembali ke-Khittah 1926.[22]
F. Masyumi
1. Latar Belakang Berdirinya Masyumi
Proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945 telah memberikan
kesempatan yang sama kepada berbagai aliran politik di Indonesia untuk
dengan bebas membentuk partai-partai politik sebagai sarana demokrasi
seperti yang dinyatakan pasal 28 UUD 1945. Kesempatan ini tidak
disia-siakan umat Islam. Pada tanggal 7-8 November 1945, melalui sebuah
kongres umat Islam di Jogyakarta dibentuklah sebuah partai politik Islam
dengan nama Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi).[23]Tokoh yang
menumental dalam partai Masyumi adalah Moh. Natsir, Ia pernah
mengatakan:” Islam is not one humadred precent democracy, neither is it
one hundred percent autocracy Islam is...Islam.[24] Artinya Nasir
berpandangan bahwa Islam harus mempunyai sebuah partai sebagai wadah
aspirasi suara umat Islam, tapi partai tersebut harus berasaskan Islam.
Di
antara pendirinya adalah H. Agus Salim, Prof. Abdul Kahar Muzakkir,
Abdul Wahid Hasyim, Muhammad Natsir, Muhammad Roem, Prawoto
Mangkusasmito, Dr. Sukiman Wirdjosandjojo, Ki Bagus Hadikusumo, Muhammad
Mawardi dan Dr. Abu Hanifah.[25]Sepanjang sejarahnya, Masyumi mempunyai
delapan anggota istimewa, yaitu NU, Muhammadiyah, Persis, Persatuan
Umat Islam, Al-Irsyad, Jam’iyatul Wasliyah, Al-Ittihadiyah dan Pesatuan
Ulama Seluruh Aceh (PUSA), Semua organisasi sosial keagamaan ini telah
dibentuk pada masa penjajahan Belanda, dan telah aktif dalam bidang
sosial, keagamaan dan pendidikan.[26]
2. Peranan Masyumi Dalam Membangun Bangsa Indonesia
Menurut
Deliar Noer, organisasi ini dianggap sebagai satu-satunya partai
politik bagi umat Islam dan di dalam catatan kaki pada bukunya, ia
menjelaskan Nama Masjumi diperdebatkan hangat dalam kongres tersebut
oleh karena nama tersebut mengingatkan pada organisasi masa jepang
dengan nama yang sama. Nama ini akhirnya diterima dengan 52:50 suara;
nama Partai Rakyat Islam ditolak, tetapi nama partai Masjumi pasca
kemerdekaan itu tidak merupakan kependekan, berlainan dengan nama
tersebut pada Jepang.[27]
Ketika Sukarno menggelar demokrasi
terpimpin, parlemen yang dipilih pada pemilu 1955 dibubarkan dan
digantikan dengan DPR Gotong Royong (DPRGR) dan Sukarno menciptakan
akronim Nasakom (nasionalisme, Agama dan Komunisme). Partai Masyumi yang
paling kosisten menentang kebijakan Sukarno dan akhirnya Masyumi
dibubarkan oleh Sukarno pada tahun itu juga. [28]
Apabila
ditinjau dari program pejuangan Masyumi dalam hidup bernegara, ialah
mengacu pada kongres Masyumi tahun 1952 yang terbagi menjadi tujuh
bagian: kenegaraan, perekonomian, keuangan, sosial pendidikan dan
kebudayaan, luar negeri dan Irian Barat (Papua).[29]
III. SIMPULAN
Dari
uraian di atas, penulis dapat simpulkan bahwa organisasi baik politik
maupun non-politik di Indonesia mulai pra-kemerdekaan sampai pasca
kemerdekaan mempunyai pengaruh bagi kehidupan berbangsa dan bernegara
pada abad 21 ini. Organisasi Masyarakat (ormas) di Indonesia banyak
bermunculan pada jaman penjajah sampai era kemerdekaan. Namun ada masih
eksis sampai sekarang seperti Muhammadiyah, persis dan Nahdlatul Ulama
yang terus mengembangkan dakwahnya baik bi-lisan maupun bil-hal di
Negara ini. Dan ada juga yang tinggal sejarahnya seperti Masyumi,
Sarekat Islam dan Jong Islamiten Bond.
Namun dari sejarah ormas
yang masih eksis sampai sekarang dan yang sudah tinggal sejarahnya, kita
harus mengambil pelajaran dari sejarah yang telah diperbuat oleh
pendahulu kita untuk membangun Bangsa ini.
Sumber:http://rosyidi-perjangantukbangsa.blogspot.co.id/2010/10/muhammadiyah-dan-persis-syarikat-islam_13.html
Kamis, 23 Maret 2017
GENERASI MUHAMMADIYAH
→ Muhammadiyah dan Persis, Syarikat Islam dan Jong Islamieten Bond. NU. Masyumi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar